Minggu, 03 Mei 2020


BELAJAR MENULIS GELOMBANG 9
RESUME PERTEMUAN 17
Hari /Tanggal   : Jumat, 1 Mei 2020
Waktu              : Pukul 13.00 – 15.00
Pemateri           : Dadang Kadarusman/Om Deka
Topik               : Motivasi Menulis Setiap Hari dan Menerbitkan Buku
Peresume         : Ariyani, SPd. AUD (ariyaniayla45@gmail.com)                
                          TK N Pembina Bojongsari Purbalingga
Resume            :
           
            Dadang Kadarusman adalah seorang penulis yang handal, Beliau berkata bahwa saat ini orang menerbitkan buku sangat mudah sekali. Berbeda dengan 20 tahun yang lalu, Ketika Beliau ingin menerbitkan buku, seringkali ditolak oleh penerbit. Justru tantangan terbesar sekarang bukan pada menerbitkan buku melainkan pada aktivitas menulis setiap harinya.
Menulis adalah untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. Maka berikanlah yang terbaik kepada tulisan kita sendiri. Pembaca adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu lewat tulisan Kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. Teruslah menulis, Engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.  
            Jika Kita menulis setiap hari, maka Kita akan sampai pada titik dimana Kita akan sangat menarik bagi penerbit. Kita tidak perlu mendatangi penerbit lagi. Merekalah yang datang kepada Kita. Buku-buku Pak Dadang umumnya adalah hasil dari penerbit yang datang dan menawarkan untuk menerbitkan naskahnya. Jadi nantinya tinggal Bapak Ibu saja, mau menerbitkannya atau tidak. Sehingga Pak Dadang akan lebih memfokuskan kepada cara menulis setiap harinya. Sebab Beliau percaya Penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari.
Lalu bagaimana orang bisa menulis setiap hari? Menulis setiap hari membutuhkan skill. Bagi banyak orang menulis setiap hari adalah surprise, karena orang yang punya buku ternyata tidak menulis setiap hari. Ada orang yang menerbitkan buku menggunakan Ghost writer diterbitkan atas nama seseorang. Ketika seseorang hanya menerbitkan buku, pada akhirnya Ia hanya akan menerbitkan satu atau dua kali saja, lalu berhenti. Karena Ia bergantung dari hasil karya orang lain. Beda dengan orang yang mengasah keterampilan menulisnya setiap hari, ia tidak akan bergantung pada orang lain.
WHY
Mengapa harus menulis setiap hari?
1.       Dalam membangun karir kepenulisan ini sangat penting, ada istilah ”Alah bisa karena biasa”. Yang artinya kalau Kita membiasakan sesuatu setiap hari maka Kita akan terampil setiap hari. “Mahir menulis”. Menulis adalah mengkombinasikan kemampuan kemampuan berpikir dengan kemampuan menuangkan ke dalam tulisan. Kenapa banyak guru tidak bisa membuat tulisan? Para guru setiap hari terbiasa berbicara tidak terbiasa menulis. Jadi Kita harus terbiasa menulis setiap hari agar kelak kita jadi terampil menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan saja. Melainkan juga dalam bentuk tulisan. Karena energinya sudah banyak dituangkan dalam bentuk lisan. Hal ini bisa dialihkan dengan melatih motorik tangan.

2.       Menulis setiap hari membantu menjaga otot-otot tubuh kita juga jiwa. Jadi nanti kalau sudah terbiasa menulis, melihat apapun selalu ingin menerjemahkan  apa yang dilihat ke dalam tulisan. Dan itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula Ketika Kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak bisa menulis, bisa saja memendam perasaan itu atau butuh seseorang mendengarnya. Padahal belum tentu ada orang yang mau mendengarnya. Tetapi jika terbiasa menulis, maka dia akan selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya, yaitu selembar kertas dengan pena, kalau dulu. Kalau sekarang tinggal ambil smartphone, maka Kita bisa mencurahkannya di sana.
3.       Menulis setiap hari merupakan “Healing Remedy”. Jadi jika terbiasa menulis, Kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat.
KESIMPULAN, mengapa perlu menulis setiap hari? Adalah karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya, melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mendiri.   
            Bagaimana kemampuan menulis diasah?  Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan satu hari pun dalam hidup tanpa menulis, agar bisa jadi penulis andal. Jadi berhubungan dengan proses  membiasakan diri dalam menulis. Seberapa banyak? Kalau Saya pribadi, 1 hari 1 artikel. Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya. Zaman dulu kalau Kita mengirim artikel ke koran, itu ada ketentuannya jumlah kata. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Mengapa begitu? Karena bukan hal yang mudah untuk menuangkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan. Maka bagi Saya ukurannya adalah artikel.
            Artikel itu apa? Artikel adalah sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Jadi yang penting itu dalam 1 hari ada karya tulis yang kalau dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Sedih? Iya, karena sudah capek-capek menulis, tidak ada yang baca. Mengapa Saya pakai kata KALAU? Karena belum tentu ada yang membacanya. Di tahap belajar ini, sebaiknya Kita tidak terlalu “Baper” soal ada yang baca apa tidak? Kenapa? Karena kalau orang lain baca pun, belum tentu ada feedback positifnya bukan? Karena tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif. Jadi yang penting menulis saja dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal, yakin untuk dibaca orang, yakinlah pasti dibaca.            
WHAT? What makes you write something? Apa yang mendorong Anda menulis? Pertanyaan ini sederhana. Tapi orang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti di tengah jalan. Apa tujuan Kita menulis?
1.       Menulis bukan untuk mendapatkan uang.
Ada orang yang menulis agar mereka mendapatkan uang, dulu Saya pernah berada di level itu.  Saya menulis untuk mendapatkan uang karena Saya butuh untuk biaya sekolah. Apakah Saya berhasil? Lebih banyak gagalnya. Lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Saat itulah Saya sadar bahwa menulis karena ingin mendapatkan uang, bukanlah nilai pribadi Saya. Dan sampai sekarang, Saya menulis bukan karena uang. Boleh saja menjadikan uang sebagai pendorong utama menulis, tidak masalah, tapi nanti seiring berjalannya waktu Kita akan menemukan dorongan apa yang paling cocok buat Kita.
2.       Menulis dengan dorongan ingin berbagi pengetahuan.
Inilah pendorong yang sesuai dengan jiwa Kita sebagai pendidik.
Lalu menulis setiap hati idenya darimana? Segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indera kita adalah sumber ide. Tinggal Kita olah saja, pegang teguh prinsip itu. Jumlah rangsangan yang masuk lewat panca indera itu tak terhingga. Ini artinya sumber ide penulisan banyak sekali.

Pertanyaan dan Jawaban
1.       Penanya: Dari mana awalnya jika ingin menuliskan tentang kisah anak istimewa yaitu Dunia tanpa suara.
Jawab:
-       “Dunia Tanpa Suara”
-     Paragraf 1: Hey, Kamu, Pernahkah Kamu membayangkan bagaimana seandainya tidak seorangpun bersuara di dunia ini? Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi bisakah Kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan, andai saja tak segerincing suara pun tertangkap pendengaranmu.
-        Sekarang bisakah Ibu Heni lanjutkan?
-     Paragraf 2: Eh, tapi, menurut Kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengar bahkan sekedar bunyi “ting” pun? Nggak ya. Nggak mungkin Kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena Allah sayang banget sama Kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
-       Paragraf 3: Nak, Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung Kamu, Sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun di telinganya selain hening semata. Hebbbatnya…, gadis itu tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa,,,a-…aaapa ya. Ehm, Ibu…Ibu… kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemuliaan dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika Kamu tidak keberatan, Sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
-        Sudah sampai pesannya  belum dengan 3 paragraf itu?
-      Minimal sudah ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan di ujung ceritanya, ada ‘Komitmen’ untuk melanjutkan.
2.       Berapa lama pengalaman Bapak mengasah menulis sampai akhirnya dipercaya oleh penerbit seperti sekarang ini? Apa strategi dan tips memilih penerbit yang sesuai dengan buku yang akan  Kita terbitkan?
Jawab:
-          Sejak SD hingga SMP Saya sudah aktif menulis. Dan di SMP sering mengikuti lomba-lomba, Jadi sekitar 40 tahun Saya menulis Jadi butuh 30 tahun perjalanan lebih dulu. Namun kondisi Saya dulu beda dengan sekarang. Dulu penerbit hanya sedikit dan mereka punya bargaining power yang sangat tinggi sehingga sulit ditembus. Sekarang ada sangat banyak penerbit bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga penulis sekarang tidak butuh waktu selama Saya untuk dipercaya penerbit. 
-          Jika masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena Kita yang masih pemula juga butuh penerbit.
Strategi yang paling gampang adalah ikuti terus kursus menulis seperti ini lalu bikin naskah sambil konsultasi terus dengan penyelenggara, Omjay misalnya. Saya yakin Beliau bisa menghubungkan Kita dengan penerbit. Maka fokus dulu pada proses mengasah skill menulisnya saja. Dan biarkan karya Anda berseliweran di ruang publik. Nanti akan jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron.        
3.       Apakah tema tulisan harus terstruktur atau bagaimana? Berapa banyak Kita menulis per harinya? Untuk masa berapa lama tulisan tersebut Kita kumpulkan?
Jawab:
-          Tidak usah kuatir dengan masalah tema dan sistematik penulisan, pokoknya tulis saja, tidak usah takut salah.Kalau penulis sudah profesional Saya menuntut mereka menulis profesional. Tapi bagi penulis pemula/pembelajar, yang terpenting adalah kemauan untuk terus praktek menulis. Dan bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya.
-          Targetkan 1 hari 1 karya tulis, yang bisa menampung buah pikiran sehingga pembaca mengerti. Misalnya, ingin menulis “Pantang Menyerah”, cukup 2-3 paragraf saja.  Lalu minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima/mengerti ide yang Kita sampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1 artikel. Selanjutnya Panjang dan bobot tulisan pelan-pelan ditingkatkan.
Benar, bila dipaksa bisa, tapi bila “paksaan” adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinkan seorang pembelajar yang belum memiliki “Refleks Menulis”. Bapak Dadang setelah selesai bekerja baru bisa menulis, bagi yang sudah biasa pun menulis butuh “dipaksa”.
-    Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulannya kecuali jika Kita punya kontrak dengan penerbit. Misal disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Bila kita menulis untuk tujuan lain maka waktunya bisa beda lagi.  
4.       Bagaimana cara Kita mulai menulis?
-     Mulailah dengan 1 gagasan untuk tulisan Kita, minimal gagasan sudah sampai kepada pembaca/orang mengerti dan ada komitmen untuk melanjutkannya.
Kesimpulan: Memulai itu sulit sekali, Mulai saja dari sebuah kata yang terlintas dalam pikiran Kita. Nanti Tulisan akan mengalir dengan sendirinya. Sebelum aktivitas menulis dimulai Saya bilang, “Ya Allah  apa yang harus Saya tuliskan hari ini? Bimbing Saya ya Allah.”
5.       Bagaimana cara agar tetap semangat untuk bisa menulis dan supaya ide tidak hilang?
Jawab:
- Menggunakan Ghost Writer bukan hal yang buruk, tapi cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku saja. Bila ingin menjadi penulis terampil maka itu bukan opsi yang tepat untuk kita.
- Tidak percaya diri, dalam proses Latihan menulis Kita tidak perlu terikat  dengan target berapa jumlah kata. Tak usah Baperan dengan respon orang terhadap kualitas tulisan Kita. Kita harus bisa menerima diri sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi kalau tulisan tidak laku, ya tidak apa-apa, kan baru belajar. Latih terus saja. Buat tulisan terus. Kalo belum berani menunjukkan tulisan kepada orang lain, biarlah untuk menjadi koleksi pribadi Kita saja. Sambil terus memperbaiki Tekniknya. Bila sudah ada tulisan yang layak, tunjukkan saja, pilih orang yang tidak akan bersifat negatif.
Kesimpulan: Banyak orang tidak percaya diri saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Padahal boleh jadi ada seseorang yang sedang menanti buah pikiran Kita untuk dibacanya dengan penuh kekaguman. So, menulislah!
6.       Mana yang harus didahulukan, lebih dulu membuat judul atau menulis isi artikel buku? 
Jawab:
-          Tidak ada keharusan membuat judul dulu atau membuat naskah dulu.
7.       Apakah tulisan di Kompasiana bisa dijadikan kompilasi? Penanya pernah menulis di sana namun tidak banyak yang membacanya?
Jawab:
-          Bisa saja dibuat kompilasi.
-          Kalau sebuah tulisan sedikit yang membacanya, tidak berarti tulisannya tidak bagus, bisa saja tempat penayangannnya kurang tepat. Kalau bertemu audiens yang tepat tentu akan banyak yang membacanya.
8.       Bagaimana agar istikhomah dalam menulis?
Jawab:
-         Pentingnya what makes you write itu yang akan menentukan  tingkat keistikhomahan Kita dalam menulis. Namun jawaban what makes you write sifatnya individual. Jika menulis karena uang maka bakal berhenti menulis. Karena ternyata hasil karya tidak jadi uang banyak. Tapi kalau alasan lebih mulia/tinggi InsyaAllah akan istikhomah.
-      Bapak Dadang menulis karena ingin agar allah mengajari sesuatu dan dibagikan. Beliau selalu bertanya, Hari ini Saya belajar apa? Dapat jawabannya, ditulis, dibagi. Jadi sekarang Beliau lebih suka membuat artikel yang dibagikan gratis daripada memikirkan menerbitkan buku. Sehingga gagasan lebih cepat sampai kepada orang lain.
Kesimpulan: Temukan hal apa yang bisa membuat Anda menulis dan apa tujuan Anda menulis. Jika sudah ketemu nanti Anda akan menulis dengan sendirinya secara produktif.             

Profil Pemateri

Nama               : Dadang Kadarusman
Pendidikan       :Intitute of Technology
Pelerjaan          : Penulis, Vendor program pelatihan, Public Speaker
Telepon           : 0812-1989-9737

Tidak ada komentar:

Posting Komentar