BELAJAR
MENULIS GELOMBANG 9
RESUME
PERTEMUAN 17
Hari
/Tanggal : Jumat, 1 Mei 2020
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00
Pemateri : Dadang Kadarusman/Om Deka
Topik : Motivasi Menulis Setiap Hari
dan Menerbitkan Buku
TK N Pembina Bojongsari Purbalingga
Resume :
Dadang Kadarusman adalah seorang
penulis yang handal, Beliau berkata bahwa saat ini orang menerbitkan buku
sangat mudah sekali. Berbeda dengan 20 tahun yang lalu, Ketika Beliau ingin
menerbitkan buku, seringkali ditolak oleh penerbit. Justru tantangan terbesar
sekarang bukan pada menerbitkan buku melainkan pada aktivitas menulis setiap
harinya.
Menulis adalah untuk diri sendiri
bukan untuk orang lain. Maka berikanlah yang terbaik kepada tulisan kita
sendiri. Pembaca adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu
lewat tulisan Kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil
mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu.
Teruslah menulis, Engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang
lain.
Jika Kita menulis setiap hari, maka
Kita akan sampai pada titik dimana Kita akan sangat menarik bagi penerbit. Kita
tidak perlu mendatangi penerbit lagi. Merekalah yang datang kepada Kita.
Buku-buku Pak Dadang umumnya adalah hasil dari penerbit yang datang dan
menawarkan untuk menerbitkan naskahnya. Jadi nantinya tinggal Bapak Ibu saja,
mau menerbitkannya atau tidak. Sehingga Pak Dadang akan lebih memfokuskan
kepada cara menulis setiap harinya. Sebab Beliau percaya Penerbit akan
mendatangi Anda jika skill menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari.
Lalu bagaimana orang bisa menulis
setiap hari? Menulis setiap hari membutuhkan skill. Bagi banyak orang menulis
setiap hari adalah surprise, karena orang yang punya buku ternyata tidak
menulis setiap hari. Ada orang yang menerbitkan buku menggunakan Ghost writer
diterbitkan atas nama seseorang. Ketika seseorang hanya menerbitkan buku, pada
akhirnya Ia hanya akan menerbitkan satu atau dua kali saja, lalu berhenti. Karena
Ia bergantung dari hasil karya orang lain. Beda dengan orang yang mengasah
keterampilan menulisnya setiap hari, ia tidak akan bergantung pada orang lain.
WHY
Mengapa
harus menulis setiap hari?
1. Dalam membangun karir kepenulisan
ini sangat penting, ada istilah ”Alah bisa karena biasa”. Yang artinya kalau
Kita membiasakan sesuatu setiap hari maka Kita akan terampil setiap hari. “Mahir
menulis”. Menulis adalah mengkombinasikan kemampuan kemampuan berpikir dengan
kemampuan menuangkan ke dalam tulisan. Kenapa banyak guru tidak bisa membuat
tulisan? Para guru setiap hari terbiasa berbicara tidak terbiasa menulis. Jadi
Kita harus terbiasa menulis setiap hari agar kelak kita jadi terampil
menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan saja. Melainkan juga dalam bentuk
tulisan. Karena energinya sudah banyak dituangkan dalam bentuk lisan. Hal ini
bisa dialihkan dengan melatih motorik tangan.
2. Menulis setiap hari membantu
menjaga otot-otot tubuh kita juga jiwa. Jadi nanti kalau sudah terbiasa
menulis, melihat apapun selalu ingin menerjemahkan apa yang dilihat ke dalam tulisan. Dan itu
terjadi secara refleks saja. Begitu pula Ketika Kita merasakan sesuatu. Orang
yang tidak bisa menulis, bisa saja memendam perasaan itu atau butuh seseorang
mendengarnya. Padahal belum tentu ada orang yang mau mendengarnya. Tetapi jika
terbiasa menulis, maka dia akan selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya,
yaitu selembar kertas dengan pena, kalau dulu. Kalau sekarang tinggal ambil
smartphone, maka Kita bisa mencurahkannya di sana.
3. Menulis setiap hari merupakan
“Healing Remedy”. Jadi jika terbiasa menulis, Kita bisa menjadi pribadi yang
lebih sehat.
KESIMPULAN, mengapa perlu menulis setiap
hari? Adalah karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta
bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya, melainkan orang yang
memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mendiri.
Bagaimana kemampuan menulis diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan
satu hari pun dalam hidup tanpa menulis, agar bisa jadi penulis andal. Jadi
berhubungan dengan proses membiasakan
diri dalam menulis. Seberapa banyak? Kalau Saya pribadi, 1 hari 1 artikel. Nah
kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya. Zaman
dulu kalau Kita mengirim artikel ke koran, itu ada ketentuannya jumlah kata.
Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Mengapa begitu? Karena bukan hal yang
mudah untuk menuangkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan.
Maka bagi Saya ukurannya adalah artikel.
Artikel itu apa? Artikel adalah
sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh
orang lain. Jadi yang penting itu dalam 1 hari ada karya tulis yang kalau
dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Sedih? Iya, karena sudah
capek-capek menulis, tidak ada yang baca. Mengapa Saya pakai kata KALAU? Karena
belum tentu ada yang membacanya. Di tahap belajar ini, sebaiknya Kita tidak
terlalu “Baper” soal ada yang baca apa tidak? Kenapa? Karena kalau orang lain
baca pun, belum tentu ada feedback positifnya bukan? Karena tidak sedikit orang
yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif. Jadi yang
penting menulis saja dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal,
yakin untuk dibaca orang, yakinlah pasti dibaca.
WHAT?
What makes you write something? Apa yang mendorong Anda menulis? Pertanyaan
ini sederhana. Tapi orang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti di
tengah jalan. Apa tujuan Kita menulis?
1. Menulis bukan untuk mendapatkan
uang.
Ada orang yang menulis agar mereka
mendapatkan uang, dulu Saya pernah berada di level itu. Saya menulis untuk mendapatkan uang karena
Saya butuh untuk biaya sekolah. Apakah Saya berhasil? Lebih banyak gagalnya.
Lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Saat
itulah Saya sadar bahwa menulis karena ingin mendapatkan uang, bukanlah nilai
pribadi Saya. Dan sampai sekarang, Saya menulis bukan karena uang. Boleh
saja menjadikan uang sebagai pendorong utama menulis, tidak masalah, tapi nanti
seiring berjalannya waktu Kita akan menemukan dorongan apa yang paling cocok
buat Kita.
2. Menulis dengan dorongan ingin
berbagi pengetahuan.
Inilah pendorong yang sesuai dengan
jiwa Kita sebagai pendidik.
Lalu menulis setiap hati idenya
darimana? Segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indera kita adalah sumber
ide. Tinggal Kita olah saja, pegang teguh prinsip itu. Jumlah rangsangan yang
masuk lewat panca indera itu tak terhingga. Ini artinya sumber ide penulisan
banyak sekali.
Pertanyaan
dan Jawaban
1. Penanya: Dari mana awalnya jika
ingin menuliskan tentang kisah anak istimewa yaitu Dunia tanpa suara.
Jawab:
- “Dunia
Tanpa Suara”
-
Paragraf
1: Hey, Kamu, Pernahkah Kamu membayangkan bagaimana seandainya tidak seorangpun
bersuara di dunia ini? Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi bisakah Kamu
membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan
matamu. Lalu bayangkan, andai saja tak segerincing suara pun tertangkap
pendengaranmu.
-
Sekarang
bisakah Ibu Heni lanjutkan?
-
Paragraf
2: Eh, tapi, menurut Kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa
mendengar bahkan sekedar bunyi “ting” pun? Nggak ya. Nggak mungkin Kamu nggak
dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena Allah sayang banget sama Kamu.
Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
- Paragraf
3: Nak, Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di
desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung Kamu, Sayang. Tapi sejak
lahir sampai usianya menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun di
telinganya selain hening semata. Hebbbatnya…, gadis itu tidak pernah pula
sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa,,,a-…aaapa ya. Ehm, Ibu…Ibu… kehabisan
kata-kata untuk menjelaskan kemuliaan dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika
Kamu tidak keberatan, Sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya
dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
- Sudah
sampai pesannya belum dengan 3 paragraf
itu?
- Minimal
sudah ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan di ujung ceritanya,
ada ‘Komitmen’ untuk melanjutkan.
2. Berapa lama pengalaman Bapak
mengasah menulis sampai akhirnya dipercaya oleh penerbit seperti sekarang ini?
Apa strategi dan tips memilih penerbit yang sesuai dengan buku yang akan Kita terbitkan?
Jawab:
-
Sejak
SD hingga SMP Saya sudah aktif menulis. Dan di SMP sering mengikuti
lomba-lomba, Jadi sekitar 40 tahun Saya menulis Jadi butuh 30 tahun perjalanan
lebih dulu. Namun kondisi Saya dulu beda dengan sekarang. Dulu penerbit hanya
sedikit dan mereka punya bargaining power yang sangat tinggi sehingga sulit
ditembus. Sekarang ada sangat banyak penerbit bahkan menerbitkan sendiri pun
bisa. Sehingga penulis sekarang tidak butuh waktu selama Saya untuk dipercaya
penerbit.
-
Jika
masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit.
Karena Kita yang masih pemula juga butuh penerbit.
Strategi
yang paling gampang adalah ikuti terus kursus menulis seperti ini lalu bikin
naskah sambil konsultasi terus dengan penyelenggara, Omjay misalnya. Saya yakin
Beliau bisa menghubungkan Kita dengan penerbit. Maka fokus dulu pada proses
mengasah skill menulisnya saja. Dan biarkan karya Anda berseliweran di ruang
publik. Nanti akan jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
3. Apakah tema tulisan harus
terstruktur atau bagaimana? Berapa banyak Kita menulis per harinya? Untuk masa
berapa lama tulisan tersebut Kita kumpulkan?
Jawab:
-
Tidak
usah kuatir dengan masalah tema dan sistematik penulisan, pokoknya tulis saja,
tidak usah takut salah.Kalau penulis sudah profesional Saya menuntut mereka
menulis profesional. Tapi bagi penulis pemula/pembelajar, yang terpenting
adalah kemauan untuk terus praktek menulis. Dan bersedia mendengar masukan dari
orang lain untuk perbaikannya.
-
Targetkan
1 hari 1 karya tulis, yang bisa menampung buah pikiran sehingga pembaca
mengerti. Misalnya, ingin menulis “Pantang Menyerah”, cukup 2-3 paragraf saja. Lalu minta orang lain baca. Jika mereka bisa
menerima/mengerti ide yang Kita sampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1
artikel. Selanjutnya Panjang dan bobot tulisan pelan-pelan ditingkatkan.
Benar,
bila dipaksa bisa, tapi bila “paksaan” adalah sebuah proses yang efektif
untuk mendisiplinkan seorang pembelajar yang belum memiliki “Refleks Menulis”.
Bapak Dadang setelah selesai bekerja baru bisa menulis, bagi yang sudah biasa
pun menulis butuh “dipaksa”.
- Tidak
ada standar berapa lama masa pengumpulannya kecuali jika Kita punya kontrak
dengan penerbit. Misal disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Bila kita
menulis untuk tujuan lain maka waktunya bisa beda lagi.
4. Bagaimana cara Kita mulai menulis?
-
Mulailah
dengan 1 gagasan untuk tulisan Kita, minimal gagasan sudah sampai kepada
pembaca/orang mengerti dan ada komitmen untuk melanjutkannya.
Kesimpulan:
Memulai itu sulit sekali, Mulai saja dari sebuah kata yang terlintas dalam
pikiran Kita. Nanti Tulisan akan mengalir dengan sendirinya. Sebelum aktivitas
menulis dimulai Saya bilang, “Ya Allah
apa yang harus Saya tuliskan hari ini? Bimbing Saya ya Allah.”
5. Bagaimana cara agar tetap semangat
untuk bisa menulis dan supaya ide tidak hilang?
Jawab:
- Menggunakan Ghost Writer bukan
hal yang buruk, tapi cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan
buku saja. Bila ingin menjadi penulis terampil maka itu bukan opsi yang tepat
untuk kita.
- Tidak percaya diri, dalam proses
Latihan menulis Kita tidak perlu terikat
dengan target berapa jumlah kata. Tak usah Baperan dengan respon orang
terhadap kualitas tulisan Kita. Kita harus bisa menerima diri sendiri sebagai
orang yang baru belajar. Jadi kalau tulisan tidak laku, ya tidak apa-apa, kan
baru belajar. Latih terus saja. Buat tulisan terus. Kalo belum berani
menunjukkan tulisan kepada orang lain, biarlah untuk menjadi koleksi pribadi
Kita saja. Sambil terus memperbaiki Tekniknya. Bila sudah ada tulisan yang
layak, tunjukkan saja, pilih orang yang tidak akan bersifat negatif.
Kesimpulan:
Banyak orang tidak percaya diri saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan.
Padahal boleh jadi ada seseorang yang sedang menanti buah pikiran Kita untuk
dibacanya dengan penuh kekaguman. So, menulislah!
6. Mana yang harus didahulukan, lebih
dulu membuat judul atau menulis isi artikel buku?
Jawab:
-
Tidak
ada keharusan membuat judul dulu atau membuat naskah dulu.
7. Apakah tulisan di Kompasiana bisa
dijadikan kompilasi? Penanya pernah menulis di sana namun tidak banyak yang
membacanya?
Jawab:
-
Bisa
saja dibuat kompilasi.
-
Kalau
sebuah tulisan sedikit yang membacanya, tidak berarti tulisannya tidak bagus,
bisa saja tempat penayangannnya kurang tepat. Kalau bertemu audiens yang tepat
tentu akan banyak yang membacanya.
8. Bagaimana agar istikhomah dalam
menulis?
Jawab:
- Pentingnya
what makes you write itu yang akan menentukan
tingkat keistikhomahan Kita dalam menulis. Namun jawaban what makes you
write sifatnya individual. Jika menulis karena uang maka bakal berhenti
menulis. Karena ternyata hasil karya tidak jadi uang banyak. Tapi kalau alasan
lebih mulia/tinggi InsyaAllah akan istikhomah.
- Bapak
Dadang menulis karena ingin agar allah mengajari sesuatu dan dibagikan. Beliau
selalu bertanya, Hari ini Saya belajar apa? Dapat jawabannya, ditulis, dibagi.
Jadi sekarang Beliau lebih suka membuat artikel yang dibagikan gratis daripada
memikirkan menerbitkan buku. Sehingga gagasan lebih cepat sampai kepada orang
lain.
Kesimpulan:
Temukan hal apa yang bisa membuat Anda menulis dan apa tujuan Anda menulis.
Jika sudah ketemu nanti Anda akan menulis dengan sendirinya secara produktif.
Profil
Pemateri
Nama : Dadang Kadarusman
Pendidikan :Intitute of Technology
Pelerjaan : Penulis, Vendor program pelatihan,
Public Speaker
Telepon : 0812-1989-9737
Tidak ada komentar:
Posting Komentar